Kisah Dua Anak Burung Garuda, Panca dan Syila

 


Ada banyak cara yang bisa kita gunakan sebagai media pengantar nasehat. Salah satunya, ialah dongeng. Dengan dongeng, kita bisa memberikan nasehat dengan cara yang menyenangkan kepada sang buah hati.

Seperti kisah berikut ini, kisah Panca dan Syila yang mengandung pesan moral yang baik untuk sang buah hati. Penasaran bagaimana ceritanya? Yuk, disimak hingga tuntas.

Kisah Dua Anak Burung, Panca dan Syila

Pada suatu hari, hiduplah dua ekor anak burung garuda bernama Panca dan Syila. Mereka dikenal sebagai kakak dan adik yang ceria dan pandai. Sayangnya, kakak dan adik ini memiliki sifat yang buruk, yaitu sombong dan nakal.

Panca sering sekali menyombongkan kelebihan yang ia miliki dan mengejek hewan lain yang dianggap lebih rendah dari dirinya. Sementara Syila, ia dikenal suka mengganggu dan menjahili hewan yang lain.

Pada satu hari yang cerah, Panca bertemu dengan Wekwek si bebek. Wekwek ingin sekali berteman dengan Panca. Namun, Panca yang sombong malah mengejek fisik bebek yang berbeda dengannya.

“Aku tidak akan berteman denganmu. Lihat dirimu! Kamu tidak bisa terbeng setinggi aku. Lihat kakimu! Kaki mu bentuknya aneh, seperti kaki katak.” Ucap Panca, sambil tertawa mengejek sang bebek.

Tidak sampai disitu, Panca juga menyombongkan dirinya.

“Lihat kakiku! Kakiku kuat, dan aku bisa terbang tinggi. Tidak sepertimu, Wekwek.” Ujar Panca.

Wekwek yang mendengar perkataan Panca pun merasa sedih. Namun, Panca yang sombong tidak perduli dan langsung meninggalkan Wekwek sendiri.

Di tempat lain, terlihat Syifa sedang menjahili Dokdok si Kodok yang sedang asyik bersantai di dekat pohon kelapa.

“Eh, Dokdok, awas! Di depan mu ada ular!” Teriak Syila.

Dokdok yang kaget mendengar perkataan Syila pun berlari ketakutan. Karena terburu-buru, Dokdok tak sengaja menabrak pohon kelapa. Hal itu membuatnya tertimpa buah kelapa yang jatuh.
Bukannya menolong, Syifa malah menertawakan Dokdok yang sedang kesakitan.

Dokdok yang kesakitan pn pulang dengan rasa bersedih. Di jalan ia tak sengaja betemu dengan Wekwek yang juga sedang bersedih karena ejekan Panca.

Dokdok dan Wekwek pun saling bertukar cerita tentang hal apa yang sudah mereka alami. Mereka menduga, mungkin saja Panca dan Syifa membenci mereka sampai tega berbuat seperti itu kepada mereka.

Keesokan harinya, Panca dan Syifa sedang asyik terbang di sekitar Danau tempat tinggal Dokdok dan Wekwek. Tiba=tiba mereka merasa lapar.

“Syila perutku mulai keroncongan, nih. Aku dengar sepertinya perut kamu juga berbunyi.”  Ujar Panca.

“Lihat Syifa, disana ada pohon yang sedang berbuah. Apakah kamu tahu buah apakah itu ?” Tanya Panca, sambil menunjuk ke arah pohon.

“Sepertinya itu adalah pohon pisang.” Ujar Syifa, menjawab.

Panca dan Syifa yang sudah kelaparan bergegas untuk turun menuju pohon tersebut. Namun, sesampainya di pohon. Syila justru menguasai semua buah yang ada dan tidak ingin membaginya kepada Panca.

“Aku mendapatkan semua buah pisangnya.” Ujar Syifa.

“Syila, ayo bagi buah pisangnya.” Ujar Panca.

“Tidak, ini milikku. Kan aku yang mengambilnya dari atas pohon. “ Ujar Syila.

“Tapi aku yang melihatnya pertama kali! Jadi, kamu tidak berhak atas buah itu.” Ujar Panca.

Karena saling berebut, buah tersebut tak sengaja jatuh ke dalam danau. Mereka pun bersedih dan menyesali perbuatannya. Mereka juga bingung bagaimana cara mengambil pisang tersebut. Tiba-tiba, mereka melihat Dokdok dan Wekwek  berada di dekat danau. Mereka ingin sekali meminta bantuan mereka.

Panca yang memberanikan diri, akhirnya meminta bantuan mereka.

“Halo Wekwek dan Dokdok, maukah kalian menolong ku mengambilkan buah pisang yang tak sengaja di jatuhkan oleh Syila?” Tanya Panca.

Tanpa diduga, ternyata Wekwek dan Dokdok yang telah mereka usili mau membantu mereka. Dokdok dan Wekwek bekerja sama membantu Panca dan Syila. Setelah semua pisang berhasil di bawa kedaratan, mereka pun makan bersama.

Panca dan Syila pun meminta maaf kepada Dokdok dan Wekwek atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Akhirnya, mereka pun berteman dan bermain bersama.

Tamat.

Pesan Moral :

* Kita tidak boleh menyombongkan kelebihan yang ada pada diri kita.

* Kita tidak boleh mengejek kekurangan orang lain.

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama