Kisah Kerbau, Ular dan Manusia

Dahulu kala di negeri yang jauh disana. Hiduplah sebuah keluarga, terdiri dari Ayah dengan tiga anaknya. Sang istri telah lama meninggal saat melahirkan anak bungsunya. Hidup mereka jauh dari kata baik, bahkan bisa dibilang sangat kekurangan. Sehingga sang Ayah berfikir kalau ia hendak mencari pekerjaan jauh dari negeri mereka. Saat sang ayah hendak pergi, ayahnya berpesan jikalau nanti dalam tiga bulan ayahnya tidak kembali, mereka bisa mencari ayahnya dengan syarat saat melihat air yang sangat jernih di pertengahan jalan nanti, jangan mandi atau minum air di sana. Sampai berulang-ulang Ayah mereka mengingatkan.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa tiga bulanpun terlewati dan ternyata Ayah mereka tidak kunjung kembali. Ahirnya mereka bertiga sepakat untuk mencari ayahnya dengan membawa bekal seperlunya. Mereka berjalan menyusuri hutan berhari-hari. Tanpa disadari perbekalan mereka habis. Mereka sangat laar dan haus. Tiba-tiba tidak jauh di depan sana, ada kolam yang berisi air sangat jernih. Dipinggirannya tumbuh pohon sangat rindang sehingga cocok untuk berteduh. Ketiga anak itu melihat sampai takjub dan lupa diri, akibat haus yang tak tertahankan. Kakak pertama dan keduanya berniat untuk mandi, mereka menghiraukan pesan Ayahnya. Walaupun si bungsu sudah mengingatkan, tapi kedua kakaknya tetap menceburkan diri kedalam kolam tersebut. Tidak lama kemudian, saat mereka selesai mandi alangkah terkejudnya sang adik ketika melihat kakanya berubah menjadi kerbau dan ular tanah.

Saat menyadari apa yang sudah terjadi, sang kakak pertama berubah menjadi kerbau sangat menyesal dan ia menangis karena tidak mematuhi pesan sang Ayah. Begitu juga dengan kakak kedua, Ahirnya, mereka bertiga tetap meneruskan perjalanan untuk menemui sang Ayah.

Saat bertemu sang Ayah, betapa terkejutnya dia melihat apa yang terjadi terhadap anak anaknya. Ayahnya menangis menyesali karena anaknya tidak mengikuti nasihatnya. Seketika sang kakak yang berubah menjadi ular merasa lapar, sehingga ia melihat ada seekor katak. Ular langsung menggigit katak itu. Dan ternyata ia salah menduga, itu bukan seekor katak melainkan mata kaki sang Ayah. Ayahnya menjadi lemas tak berdaya dan akhirnya meninggal dunia. Ular, kerbau, dan sang adik menangis sejadi-jadinya menyesali perbuatan mereka karena dari awal tidak mendengarkan nasihat Ayah.

Ahirnya setelah kejadian itu, ular berpesan kepada Adiknya agar  sebelum jauh masuk kehutan jikalau melihat ular tanah segera bunuh. Kalau tidak mereka akan mematuk kakinya.

Lalu sang kakak yang menjadi kerbau, meminta untuk berbakti, membantu membajak sawah dan bersedia dikurbankan. Dengan imbalan meminta makan rumput dan dibakarkan api unggun di dekat kandangnya agar tidak ada ular saat malam hari. Dan sampai sekarang di mana ada kandang kerbau di sana pasti ada api tidak jauh dari kandang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama