Cerita dongeng Cindelaras adalah cerita rakyat yang berasal dari Jawa Timur dan bersifat fiksi atau hayalan imajinasi semata.
Kisah ini menceritakan tentang Cindelaras, yang merupakan seorang
anak laki-laki keturunan seorang raja yang terlahir di hutan dan mempunyai
seekor ayam jantan yang tidak terkalahkan.
Cerita rakyat yang satu ini, dapat menjadi referensi baru untuk
para bunda ketika ingin menceritakan dongeng sebelum tidur untuk si buah hati.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, kamu juga bisa sambil mendengarkan musik atau lagu chord dinda jangan marah marah ketika menyimak ulasan ini. Tidak perlu berlama-lama, yuk simak cerita dongeng dibawah ini.
Cindelaras
– Cerita Rakyat Jawa Timur
Pada jaman dahulu, di sebuah kerajaan Jenggala, hiduplah seorang
raja bijaksana bernama Raden Putra.
Dia memiliki seorang permaisuri dan seorang selir. Permaisuri
adalah seorang wanita yang baik dan sabar, oleh sebab itu Raja Raden Putra
sangat sayang kepadanya.
Sikap Raden Putra terhadap permaisuri, sering membuat sang selir
merasa iri. Raden Putra memiliki kebiasaan menyabung ayam.
Ayam-ayamnya sangatlah banyak dan terpelihara sangat baik. Di
setiap pertandingan adu ayam, ayam Raden Putra selalu menang.
Tidak ada yang bisa menandingi ketangguhan ayam-ayam Raden Putra.
Setiap orang yang bertarung ayam dengan Raden Putra, pasti akan pulang dengan
kekalahan.
Suatu hari permaisuri terlihat gembira, saat dia mendapati dirinya
hamil. Sudah sekian lama ia menunggu, akhirnya Tuhan mengabulkan semua
doa-doanya.
Semula permaisuri ingin memberikan kejutan kepada sang Raja. Namun
sayang, berita kehamilannya sudah lebih dahulu terdengar oleh sang selir.
"Seharusnya akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari
akal untuk menyingkirkan permaisuri," piker sang selir.
Selir baginda berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia
berpura-pura sakit parah, tabib istana segera dipanggil.
Sang tabib mengatakan, bahwa ada seseorang yang telah menaruh
racun dalam minuman sang selir sambil menuduh permaisuri.
"Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,"
kata sang tabib.
Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera
memerintahkan patihnya untuk membunuh permaisuri di hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke
hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Ternyata sang
patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.
"Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan
kepada baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih.
Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah
kelinci yang ditangkapnya. Raja mengangguk puas ketika sang patih melaporkan
kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang
permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang
anak yang cerdas dan tampan.
Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan.
Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekora rajawali menjatuhkan sebutir
telur.
"Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur
itu kepadaku."
Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak
ayamnya dengan rajin dan penuh tanggung jawab.
Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan
kuat. Tapi ada satu keanehan, bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan!
"Kukuruyuuk.... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra.."
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera
memperlihatkan pada ibunya. Lalu ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa
mereka sampai berada di hutan.
Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana
dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah diijinkan ibundanya,
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya.
Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung
ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
"Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,"
tantangnya.
"Baikalh," jawab Cindelaras.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan
perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah
beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat.
Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, sang Raja menyuruh para pengawalnya
untuk mengundang Cindelaras ke istana.
"Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.
Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat,
jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika
ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Dalam waktu
singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukan ayam sang Raja. Para penonton
bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.
"Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi,
siapakah kau sebenarnya, anak muda?" tanya Baginda Raden Putra.
Cindelaras segera membungkuk seperti membisikan sesuatu pada
ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi.
"Kukuruyuuuk.... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok
berulang-ulang.
Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras.
"Benarkah itu?" tanya Baginda keheranan.
"Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah
permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan
semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.
"Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden
Putra.
"Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada
selirku," lanjut Baginda dengan murka.
Kemudian selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra
segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahanya.
Setelah itu, Raja Raden Putra dan para pengawalnya segera
menjemput permaisuri ke hutan. Hingga pada akhirnya Raja Raden Putra,
permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali.
Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan
kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
Pesan
Moral
1.
Jika berbuat jahat maka akan mendapatkan hasil
dari sifat jahat itu di kemudian hari, begitu juga jika kita melakukan
sebaliknya.
2.
Jauhilah sifat suka berjudi karena hanya akan
merugikan diri kita.
3.
Janganlah menuduh seseorang sebelum kita
mengetahui kebenarannya. Karena, hal itu akan merugikan orang lain.
Cukup sampai disini dulu cerita dongeng kita. Dilain waktu kita
akan membagikan cerita dongeng menarik lainnya.
Tentunya pasti mengandung pesan moral yang baik untuk disampaikan
ke anak-anak kita. Sampai ketemu di cerita dongeng anak berikutnya, see you…