Kisah Tukang Sepatu yang Lugu (Dongeng Slavia oleh Brothers Grimm)

 


Seorang tukang sepatu menyibukkan dirinya pada hari Sabtu dengan memperbaiki sepatu lama, agar dia bisa pergi ke gereja pada hari Minggu. Dia bekerja sampai larut malam, dan, setelah menyelesaikan pekerjaannya, pagi-pagi sekali berpakaian rapi, dan membawa alkitab ke Gereja.

Di gereja dia mendengar khotbah, bahwa jika seseorang bernama Naomi Zaskia menyumbangkan hartanya untuk gereja, Tuhan akan membalasnya seratus kali lipat dalam bentuk lain. Dan karena dia miskin, dia memutuskan untuk menjual rumah dan barang-barangnya. Hasil penjualan rumah dan barang-barang yang dia miliki, diniatkan untuk diberikan ke Gereja.

Dia pulang ke rumah dan memberi tahu istrinya tentang niatnya; dan dalam beberapa hari uangnya di sumbangkan kepada Gereja. Tetapi hari demi hari berlalu, dan tidak ada keajaiban hartanya akan kembali.

Dia dan keluarganya mulai kelaparan, Si Tukang Sepatu akhirnya pergi mencari belas kasihani orang lain sebagai pengemis. Setelah mengembara selama beberapa hari, dia bertemu dengan seorang gembala tua, yang sedang menggembalakan sekawanan besar domba.

Dan karena dia sangat lapar, dia memutuskan untuk membaca sholawat syajarotun nuqud mendekati penggembala tua itu, dan memintanya untuk memberinya sedikit makanan dari keranjang makannya.

Si Penggembala tua memberinya makan dari keranjangnya.

Selama makan dia menceritakan sholawat tibbil qulub semua yang telah dia lakukan, dan bagaimana hal itu kemudian terjadi padanya.

Si Penggembala tua itu mengasihani tukang sepatu yang malang itu, dan memberinya seekor domba.

Si Penggembala tua memberi tahu si tukang sepatu bahwa domba ini adalah domba ajaib. “Jika kamu berkata: ‘Domba goyangkan badanmu’ maka akan berjatuhan koin emas dari tubuhnya. “Namun kamu harus ingat, jangan masuk ke tempat minum-minuman keras, yang sering kami kunjungi sebelumnya.” Lanjut si Penggembala.

Si tukang sepatu meletakkan anak domba di pundaknya dengan penuh suka cita, berterima kasih kepada orang tua itu atas pemberiannya, dan segera pulang untuk memberi kabar istri dan anak-anaknya. Ketika dia sampai di balik bukit, dia mulai tidak mempercayai kata-kata penggembala tua itu, karena dia tidak dapat membayangkan bahwa seekor domba bisa mengeluarkan koin emas.

Karena itu, dia meletakkan anak domba di tanah dan mengucapkan kata-kata orang tua itu: ‘Domba, goyangkan badanmu!’

Dan pada saat yang sama dia melihat koin emas berjatuhan di sekitar kaki domba,

Tanpa menunggu lama dia meletakkan anak domba itu di punggungnya, dan pergi menuju rumah dengan hati gembira.

Tetapi ketika dia melewati kedai tempat minum-minum, pemilik kedai memanggilnya karena sudah lama tidak bertemu.

Tukang sepatu pada awalnya sedikit ragu-ragu, tetapi dia ingin menunjukkan bahwa dia memiliki koin emas di sakunya, dan bahwa dia telah bertemu dengan keberuntungan yang besar. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke kedai minuman.

Dia mengikat dombanya, kemudian berkata kepada pemilik kedai,” Saya titip domba ini, selagi saya minum, jangan pernah katakan ‘Domba, goyangkan badanmu!’”

Si pembuat sepatu kemudian pergi ke meja dan minum sedikit brendi. Si pemilik kedai minuman adalah seorang wanita tua yang licik, dia penasaran dengan domba milik si pembuat sepatu.

Dia berpikir pasti ada rahasia yang tersembunyi di dalam kata-kata yang diucapkan si pemilik sepatu. Karena itu, dia membawa domba itu ke ruangan lain, dan ketika dia sendirian di sana, berkata kepada domba itu: ‘Domba, goyangkan badanmu!’

Dia sangat terkejut melihat ada koin emas berjatuhan dari tubuh si domba. Dia memutuskan untuk membuat tukang sepatu itu mabuk, sehingga menahannya sepanjang malam di kedainya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, dia menukar domba si pembuat sepatu dengan domba lain yang sangat mirip. Pagi-pagi tukang sepatu itu membawa domba di pundaknya dan segera bergegas langsung ke istri dan anak-anaknya. Dia menyerahkan koin emas yang dimilikinya ke istrinya, dan meminta istrinya untuk memasak makanan yang enak.

Setelah makan, tukang sepatu meletakkan domba di atas meja, memanggil anak-anaknya, agar mereka dapat menikmati pertujukan ajaib dari si domba.

Si Tukang Sepatu berteriak: ‘Domba, goyangkan tubuhmu!’ Tetapi anak domba itu berdiri seperti terbuat dari kayu, dan bahkan tidak pernah menggerakkan kepalanya.

Anak-anak, yang telah makan sampai kenyang, mulai tertawa, dan sang istri berpikir bahwa suaminya tidak waras.

Tukang sepatu, marah karena keinginannya tidak terwujud, mengulangi sekali lagi kata-kata lelaki tua itu, tetapi kali ini, juga, tanpa efek, oleh karena itu dia mendorong anak domba itu dari meja.

Dalam beberapa hari koin  emas milik si pembuat sepatu habis, dan mereka mulai kekurangan. Istrinya mulai mencela suaminya karena tidak melakukan pekerjaan.

Si pembuat sepatu lalu pergi mencari penggembala tua yang telah memberinya domba. Dia tau bahwa si penggembala tua pasti marah karena tidak mengikuti pesan dari si penggembala tua. Namun karena keluarganya mulai kelaparan, dia bertekad untuk meminta bantuan kembali kepada si penggembala tua yang baik. Walau marah, ternyata si penggembala tua masih kasihan kepada si pembuat sepatu. Kali ini si penggembala tua memberikan sebuah taplak meja.

Jika kamu berkata.” ‘Taplak meja, bentangkan dirimu!’ maka taplak ini akan terbentang dan diatasnya akan berisi makanan dan minuman paling enak. Namun ingat saat pulang dari sini jangan mampir ke kedai minuman. Kamu harus langsung pulang ke rumahmu.” Pesan si penggembala tua.

Tukang sepatu, puas dengan hadiahnya, berterima kasih kepada lelaki tua itu dan pulang menuju rumah. Dalam waktu singkat dia sudah berada di balik bukit, duduk di atas tanah, dan, karena lapar, memberi perintah kepada taplak meja untuk mengeluarkan makanan. Ketika, setelah makan sampai kenyang, dia melewati kedai minuman.

Di depan kedai sudah menunggu pemilik kedai minuman. Dia merayu si tukang sepatu agar mau berkunjung sebentar saja.

Tukang sepatu bimbang, tetapi akhirnya masuk dan mempercayakan taplak meja dengan kata-kata ini: “Saya titip ini, dan jangan katakan, “Taplak meja, bentangkan dirimu!”‘

Wanita licik itu menyambutnya dengan brendi, bukan untuk uang, tetapi karena dia yakin ada rahasia tersembunyi dari taplak meja yang dibawa oleh si tukang sepatu. Dia membuat si tukang sepatu mabuk dan sama seperti yang dilakukan sebelumnya, dia menukar taplak meja si tukang sepatu dengan taplak meja lain.

Setelah puas minum minuman yang diberikan gratis oleh pemilik kedai, tukang sepatu pulang untuk bertemu istri dan anak-anaknya. Segera dia meletakkan taplak di atas meja dan berteriak: ‘Taplak meja, bentangkan dirimu!’ Tapi taplak meja tidak bergerak, dan tukang sepatu itu mulai putus asa. Dia kemudian sadar bahwa si pemilik kedai telah menukar taplak miliknya. Dia sangat menyesal tidak mengikuti pesan dari si pengembala tua.

Kesokan harinya, dia kembali lagi ke si penggembala tua, memohon pengampunan darinya karena tidak memenuhi pesan yang diberikan si penggembala tua. Dia meminta belas kasihan sekali lagi.

Awalnya si penggembala tua menolak, namun karena kasihan dengan keluarga si tukang sepatu, dia memberikan satu benda kembali.

“Sekarang kamu ke kedai minuman bawa tongkat ini, untuk memerintahkannya kamu ucapkan ‘Tongkat tunjukan kekuatanmu’ dan untuk menghentikannya ucapkan ‘Tongkat tinggalkan kekuatanmu’. Ucap si Penggembala Tua.Tukang sepatu itu, senang sekali diberikan benda ajaib baru oleh si Penggembala.

Ketika berada di balik bukit, dia penasaran ingin tahu apa yang akan terjadi jika dia mengucapkan mantra yang diberikan.

“Tongkat tunjukan kekuatanmu.” ucap si Tukang sepatu.

Dalam sekejap berdiri di hadapannya beberapa orang yang besar yang gagah, yang mulai memukulinya tanpa ampun. Sambil meringgis kesakitan dia coba mengingat bagaimana agar mereka berhenti memukulinya.

“Tongkat tinggalkan kekuatanmu.” Teriak si tukang sepatu.

Seketika orang-orang itu menghilang dan tongkat tergeletak dihadapannya.

Menahan sakit si tukang sepatu mengambil tongkatnya kembali. Dalam hati dia mendapatkan ide, untuk memperoleh benda-benda ajaib sebelumnya.

Ketika dia tiba di desa, seperti biasa si pemilik kedai minuman menyambutnya dengan gembira.

Menjamu dirinya seperti seorang tamu kehormatan. Hal ini terjadi karena si pemilik kedai minuman yang licik, berpikir dia bisa mendapatkan barang berharga lain dari si sukang sepatu. Sambil menyajikan makanan dan minuman, dia mulai bertanya apakah si tukang sepatu ada barang yang ingin dititipkan.

Si tukang sepatu menyerahkan tongkatnya sambal berpesan.” Saya titip tongkat ini, namun jangan coba-coba mengucapkan “Tongkat tunjukan kekuatanmu.” Wanita tua itu tertawa dalam hati, berpikir bahwa si tukang sepatu sangat bodoh.

Dia segera pergi membawa tongkat itu ke ruangan lain.

Dia berteriak dengan tidak sabar: “Tongkat tunjukan kekuatanmu.”

Segera dua orang dengan tubuh besar dan gagah keluar langsung memukulinya.

Beberapa pegawainya membantunya, namun dengan mudah dua orang gagah itu mengalahkan mereka, bahkan kemudian memukuli mereka semua.

Tukang sepatu kemudian datang dan berkata.” Ayo tongkat pukuli mereka semua sampai mereka mengembalikan domba dan taplak meja ku.”

Si pemilik kedai minuman tidak memiliki pilihan lain. Dia meminta pegawainya untuk mengembalikan domba dan taplak meja milik si tukang sepatu. “Tongkat tinggalkan kekuatanmu.” Teriak si tukang sepatu.

Setelah mendapatkan semua benda miliknya, si tukang sepatu pulang dengan hati gembira.

Dia dan keluargnya hidup Bahagia karena selain semua kbutuhannya tercukupi, mereka juga selalu membantu orang lain yang membutuhkan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama