Di
sebuah danau yang sangat indah, hiduplah seekor angsa. Danau itu sangat jernih.
Ada banyak makanan di sana. Angsa itu pun bahagia, karena ia tak perlu pergi
jauh untuk mencari makanan.
Pada suatu sore yang cerah, Gagak melintas di atas danau itu. Ia pun melihat Angsa yang sedang berdiri di batu tepian danau. Karena merasa penasaran dengan Angsa, ia memutuskan untuk hinggap di salah satu dahan dekat danau.
“Wah, cantiknya Angsa. Andai aku secantik dia, pasti aku sangat bahagia,” ucap Gagak.
Angsa yang sedang berdiri itu, melihat bayangan Gagak dari dalam air. Ia pun memanggil Gagak untuk bergabung dengannya.
“Apa yang kau lakukan di sana, Gagak? Kemarilah. Kita bermain bersama,” pinta Angsa.
Rupanya, Angsa tak hanya cantik rupanya, namun juga cantik hatinya. Gagak pun terbang mendekat ke Angsa. Mereka lalu main bersama-sama.
Sejak saat itu, Angsa dan Gagak menjadi teman baik. Saking betahnya di danau itu, Gagak menginap di rumah Angsa. Setelah berhari-hari di sana, Gagak merasa rindu dengan saudaranya. Ia ingin pulang ke rumah.
“Aku harus pulang ke rumah. Mungkin keluargaku juga rindu denganku,” ucap Gagak.
“Sayang sekali. Padahal, aku sangat senang bisa bermain denganmu. Pasti aku akan merindukanmu Gagak,” ujar Angsa dengan sedih.
“Tak usah sedih, Angsa. Kapan-kapan, aku akan main ke rumahmu lagi. Jika kau ingin main ke rumahku pun tak apa. Rumahku ada di ujung hutan ini, Tak sulit menemukannya,” jelas Gagak.
Mereka pun berpisah. Angsa melepas kepergian Gagak dengan perasaan berat hati.
Beberapa hari kemudian, Angsa merasa sangat rindu dengan Gagak. Ia pun memberanikan diri terbang melintasi hutan untuk menemui Gagak.
Benar raja, rumah Gagak tak sulit dicari. Kedua burung itu pun melepas rindu. Mereka saling bercerita banyak hal.
Tiba-tiba, Gagak menyadari bahwa ada pemburu yang sedang mengintai mereka. Gagak pun mengeluarkan suara yang sangat sumbang untuk memberitahukan kawanannya. Namun, pemburu yang kaget dengan suara itu, justru tak sengaja mengarahkan senapannya ke Angsa.
Angsa pun tertembak dan mati. Betapa sedihnya Gagak, karena persahabatannya dengan Angsa justru harus berakhir pada kematian.
Pada suatu sore yang cerah, Gagak melintas di atas danau itu. Ia pun melihat Angsa yang sedang berdiri di batu tepian danau. Karena merasa penasaran dengan Angsa, ia memutuskan untuk hinggap di salah satu dahan dekat danau.
“Wah, cantiknya Angsa. Andai aku secantik dia, pasti aku sangat bahagia,” ucap Gagak.
Angsa yang sedang berdiri itu, melihat bayangan Gagak dari dalam air. Ia pun memanggil Gagak untuk bergabung dengannya.
“Apa yang kau lakukan di sana, Gagak? Kemarilah. Kita bermain bersama,” pinta Angsa.
Rupanya, Angsa tak hanya cantik rupanya, namun juga cantik hatinya. Gagak pun terbang mendekat ke Angsa. Mereka lalu main bersama-sama.
Sejak saat itu, Angsa dan Gagak menjadi teman baik. Saking betahnya di danau itu, Gagak menginap di rumah Angsa. Setelah berhari-hari di sana, Gagak merasa rindu dengan saudaranya. Ia ingin pulang ke rumah.
“Aku harus pulang ke rumah. Mungkin keluargaku juga rindu denganku,” ucap Gagak.
“Sayang sekali. Padahal, aku sangat senang bisa bermain denganmu. Pasti aku akan merindukanmu Gagak,” ujar Angsa dengan sedih.
“Tak usah sedih, Angsa. Kapan-kapan, aku akan main ke rumahmu lagi. Jika kau ingin main ke rumahku pun tak apa. Rumahku ada di ujung hutan ini, Tak sulit menemukannya,” jelas Gagak.
Mereka pun berpisah. Angsa melepas kepergian Gagak dengan perasaan berat hati.
Beberapa hari kemudian, Angsa merasa sangat rindu dengan Gagak. Ia pun memberanikan diri terbang melintasi hutan untuk menemui Gagak.
Benar raja, rumah Gagak tak sulit dicari. Kedua burung itu pun melepas rindu. Mereka saling bercerita banyak hal.
Tiba-tiba, Gagak menyadari bahwa ada pemburu yang sedang mengintai mereka. Gagak pun mengeluarkan suara yang sangat sumbang untuk memberitahukan kawanannya. Namun, pemburu yang kaget dengan suara itu, justru tak sengaja mengarahkan senapannya ke Angsa.
Angsa pun tertembak dan mati. Betapa sedihnya Gagak, karena persahabatannya dengan Angsa justru harus berakhir pada kematian.