Dongeng Fabel : Kisah Penyu dan Burung Dara

 


Dongeng fabel memang selalu mampu menarik perhatian anak-anak. Jenis cerita yang menampilkan karakter-karakter hewan sebagai tokoh utamanya ini kerap dijadikan sebagai dongeng pengantar tidur, yang tidak hanya mampu membuat anak tidur tepat waktu. Tetapi juga mengandung berbagai pesan moral yang bisa disampaikan dengan cara yang meyenangkan.

Sama halnya dengan dongeng fabel yang akan kita baca hari ini, dongeng ini berjudul ‘Kisah Penyu dan Burung Dara’. Berkisah tentang persahabatan Penyu dan Burung Dara, dongeng ini sekali lagi mengingatkan kita bahwa sombong bukanlah perbuatan yang baik.

Tak usah berlama-lama, yuk langsung saja ke ceritanya!

Kisah Penyu dan Burung Dara

Dahulu kala, Di sebuah pantai nan landai dan berpasir putih hiduplah seekor penyu dan kawanan burung dara. Siang itu udara berembus sepoi-sepoi, membuat dahan dan daun-daun nyiur melambai menari. Di atas ranting yang terjatuh oleh angin, seekor burung Dara tampak hinggap tepat di depan seekor Penyu muda yang sedang santai sambil berjemur.

“Hei, Penyu kawanku! Apakah tidak bosan kamu sepanjang hari berjemur disitu? Kemana-mana jalan pun lambat nian lah dikau, heheheheh… Lihatlah aku! Aku bisa terbang tinggi dan bisa melihat indahnya pantai dari langit,” ucap Burung Dara.

“Aku juga bisa melintasi langit diatas samudera luas, hutan, dan tempat-tempat yang tak mungkin kamu bisa lihat. Kasihan sekali nasibmu kawan! Hehehehehe,” lanjut Burung Dara mengejek.

“Lihat ini hai penyu!” Sang Dara terbang membubung tinggi, bermaksud menunjukkan kehebatannya pada Penyu. Sang Penyu hanya melihatnya dari bawah pohon kelapa sambil tersenyum. Walaupun sering diejek dan direndahkan oleh burung Dara, dia tak pernah menganggap burung Dara sebagai musuhnya.

Penyu menganggap semua binatang di dunia ini sebagai sahabat. Dia yakin, bahwa setiap binatang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi, tak semua binatang menyadari itu.

“Penyu... Aku mau pergi ke pulau lain. Kalau mau ikut ya silahkan, tapi kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau menunggu kamu yang lamban,” ejek burung Dara.

Dalam sekejap, burung Dara sudah hilang dari pandangan mata Penyu. Dia sudah terbang menuju pulau lain di kawasan pantai tersebut. Sudah lama Penyu mendambakan bisa pergi ke pulau yang lain untuk menambah pengetahuannya.

Kadang terasa bosan terus-terusan berada di satu pulau. Kepergian burung dara membuat Penyu semakin ingin pergi menyususl kesana. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul burung Dara. Dia ingin melihat tempat baru dan kawan baru.

“Barangkali aku bisa menemukan teman yang bisa diajak bermain bersama disana,” kata Penyu dalam hati.

Akhirnya dengan tekat yang bulat, Penyu memberanikan diri untuk berenang menuju pulau yang ada di seberang. Dalam perjalanannya, dia bertemu sesama penyu, juga binatang-binatang lain di laut itu. Sifat Penyu yang ramah membuatnya disenangi oleh banyak binatang lain.

Penyu terus mengayuh kaki-kakinya yang pendek untuk berenang, tiba-tiba di tengah lautan luas, Penyu melihat sebuah benda terombang-ambing di tengah laut. Karena penasaran, penyu segera berenang mendekati benda itu.

Betapa terkejutnya Penyu mendapati, benda itu ternyata adalah burung dara sahabatnya, rupanya dia pingsan. Sayapnya terluka. Dengan sekuat tenaga Penyu membawa tubuh burung dara ke daratan. Dengan cekatan, ia membersihkan dan merawat sayap Burung dara yang terluka.

Setelah lama pingsan, akhirnya Burung Dara mulai siuman. Dalam keadaan belum sepenuhnya siuman, tubuhnya menggigil ketakutan. Bayangan tentang tubuhnya yang terjatuh ke laut dan dihantam ombak besar berkelebat di benaknya. Burung dara menjerit dan menangis tersedu-sedu membayangkannya, ditambah lagi rasa sakit pada sayapnya yang terluka parah.

“Kawan, tenang, kamu sudah selamat. Ada aku di sini untukmu.” Penyu berkata pelan kepada burung Dara.

“Penyu, apakah kamu yang telah menyelamatkanku dan membawaku ke daratan?” tanya burung Dara seolah tak percaya.

“Benar, Kawanku. Apa gerangan yang telah terjadi denganmu?” tanya Penyu.

“Aku… aku diserang seekor Gagak Hitam. Aku tidak bisa melawan, dan terjatuh ke lautan. masih sakit sekali rasanya sayap-sayapku Penyu. Mungkin aku tidak akan bisa terbang lagi. Padahal selama ini, aku selalu menyombongkan diri dengan kelebihan yang aku miliki. Sepasang sayap yang bisa membuatku terbang tinggi melintasi udara diatas samudera,” ucap Burung Dara yang menyesali perbuatannya.

“Tenanglah, Kawanku... setelah lukamu pulih, kamu pasti bisa terbang lagi. Aku sangat yakin itu. Istirahatlah dulu, agar lukamu cepat pulih,” kata Penyu dengan suara pelan.

Mendengar ucapan Penyu, tangisan burung Dara mulai mereda.

“Penyu sahabatku yang baik, terima kasih, ya, kamu telah menolongku. Dan aku ingin meminta maaf karena selama ini, aku sudah sering menghina dan menyakitimu, tapi kamu begitu sabar menerima perlakuanku yang jahat padamu,” ucap Burung Dara.

Penyu hanya diam sambil tersenyum, seraya menggelengkan kepala.

“Tak ada yang perlu dimaafkan kawan. Tak ada yang tersakiti. Kamu tetap temanku, dan aku adalah temanmu. Selamanya akan selalu begitu, sebagai kawan, kita tidak boleh bermusuhan,” ucap Penyu.

Sejak kejadian itu, Burung Dara dan Penyu bersahabat dengan sangat baik. Kemana-mana mereka selalu bersama. Bahkan, ketika Penyu sedang sakit dan tidak bisa mencari makan. Burung Dara selalu membantunya mencarikan makananan dan mengirimi makanan untuk penyu.

Tamat.

Pesan Moral :

Orang yang sombong itu ibaratkan orang yang berdiri di atas gunung. Ia melihat bahwa orang lain yang berada di bawahnya kecil. Namun, ia tidak sadar bahwa orang lain juga melihat dirinya kecil. So, sekali lagi kita diingatkan bahwa sombong bukanlah perbuatan yang baik.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama