Dongeng Anak: Merak yang Sombong
Tidak hanya menarik untuk dibaca, dongeng ini juga kerap mengandung pesan moral yang bermanfaat bagi sang buah hati. Sama halnya dengan dongeng yang akan kita baca hari ini. Dongeng ini berkisah tentang Merak yang Sombong yang akhirnya menyesali perbuatannya dan tidak akan menghina teman-temannya. Yuk langsung ke ceritanya saja!
Merak yang Sombong
Pagi yang cerah mulai menyapa di hutan
lebat nan subur. Binatang-binatang sangat riang menyambut embun pagi yang mulai
membasahi daun. Suara kicauan burung terdengar saling bersahutan.
Diatas dahan terlihat burung Nuri dan
burung Gagak sedang asyik bercengkrama. Mereka berdua merupakan sahabat yang
sangat dekat. Saat mereka sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba burung merak
yang terkenal angkuh dan sombong menghampiri mereka. Sambil berjalan
memdongakan kepala dan memamerikan keindahan bulu-bulunya yang berwarna-warni.
Lalu Merak berhenti di bawah tempat Nuri
dan Gagak bertengker.
“Halo kawan, selamat pagi senang bertemu
dengan kalian,” ujar merak dengan tersenyum”.
“Halo juga Merak. Kabar kami baik-baik
saja, sepertinya kamu terlihat sedang gembira hari ini, benarkah begitu?” Tanya
Nuri.
“Tentu saja aku selalu gembira, karena aku
memiliki bulu-bulu yang sangat indah nan elok. Sehingga tidak ada alasan untuk
tidak gembira. Memangnya aku seperti si Gagak,” jelas Merak.
“Lho memang ada apa dengan aku Merak? Tanya
Gagak dengan heran. Matanya menatap Merak.
“Ah..aku tidak punya waktu untuk
menjelaskan kepadamu, Gagak. Karena kamu kan burung yang sangat tidak
beruntung. Sebab kamu memiliki bulu hitam legam, nyaris tidak punya warna dan
sangat tidak menarik. Beda sekali dengan aku yang sangat cantik jelita dan
mempesona. Lihat warna-warna yang ada di buluku. Hampir semua warna ada.
Bukankah begitu Nuri?” Ujar Merak dengan penuh kesombongan.
Merak terus memamerkan bulu-bulunya yang
memang indah. Nuri hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Merak. Dan
Gagak, hanya bisa tersenyum kecut, karena Gagak sudah terbiasa dengan hinaan
Merak.
“Kamu tidak boleh berkata seperti itu
merak, tidak baik. Perkataanmu sudah membuat Gagak tersinggung. Bagaimanapun
juga, Gagak teman kita juga.” Ujar Nuri menasihati Merak.
Namun Merak sepertinya tidak sedikitpun
merasa bersalah dengan perkataannya. Merak malah tertawa dan berlalu begitu
saja.
“Haha..memangnya itu kenyataannya kok.
Gagak buruk terjelek yang pernah aku temui, apalagi Gagak adalah burung jorok
yang suka memakan bangkai! Hi.. bau!” ujar Merak. Lalu pergi dari hadapan Nuri
dan Gagak.
“Aku mau pergi dulu, soalnya aku mau mandi
dan mencuci bulu-buluku yang indah ini dan kamu Gagak, sepertinya kamu tidak
pernah mandi ya? Sambil tertawa dengan mata melirik penuh hinaan.
“ Sabar ya Gagak. Tidak usah diambil hati
atas ucapan Merak yang sangat sombong itu. Suatu saat nanti, pasti ia akan
menyesali perkataannya itu,” ujar Nuri. Matanya menatap burung Gagak.
“Oh aku tidak apa-apa kok, memang aku
adalah burung hitam legam dan suka memakan bangkai, nuri kamu tenang saja,
meskipun Nuri sombong dia teap sahabat aku juga. Kata Gagak sambil tersenyum.
Lalu mereka berdua terbang tinggi, untuk
mencari makan yang akan mereka makan hari ini.
Tibalah di Musim Kemarau, terlihat sungai
mulai mengering. Daun-daun mulai berguguran. Buah-buahan dan biji-bijian
sebagai makanan pokok para burung dan binatang lainnya mulai berkurang dan
nyaris tak tersia. Kalaupun ada, jauh di atas pohon yang tinggi.
Binatang-binatang penghuni hutan mulai
kelaparan dan kehausan. Satu-persatu burung-burung pergi meninggalkan hutan
untuk mencari makanan. Malah sebagian yang tidak sanggup bertahan mati begitu
saja.
Namun tidak untuk Gagak. Ia sama sekali
tidak bermasalah dengan musim kemarau ini, malah banyak makanan tersedia
untuknya. Banyak bangkai yang menjadi sumber makanannya. Untuk minum pun ia
bisa mencari dengan mudah karena bisa terbang tinggi.
Tapi untuk Merak, ini sangat menyiksa!
Bulu-bulunya yang indah mulai kusam dan rontok karena terkena pancaran sinar
matahari terus menerus. Badannya mulai kurus. Merak terlihat sangat kusam dan
jelek! Beda sekali dengan dulu.
Gagak menyapa Merak yang terlihat kurus, bulunya
terlihat kusam dan rontok.
“Kelihatannya kamu terlihat kurang sehat
ya? Tubuhmu kurus dan bulu-bulumu sangat kusam dan kotor? Atau jangan-jangan
kamu tidak pernah mandi ya? Ujar Gagak sambil tersenyum.
Gagak bertengker di dahan pohon, melihat
Merak yang terus menunduk, dan terlihat sekali ia sangat malu.
“ Apa yang bisa aku bantu Merak? Jangan
sungkan. Aku siap membantumu. Kamu pasti lapar kan? Aku tahu jika kamu tidak
bisa terbang tinggi. Tunggu sebentar ya, aku akan ambilkan buah dan biji-bijian
untukmu,” ujar Gagak. Lalu dia terbang tinggi ke atas pohon.
“Ini untukmu, Makanlah. Aku tahu saat ini
kamu sangat kelaparan. Oh iya, kamu juga haus ya? Sebentar, aku akan mencari
air untukmu. Tapi cukup untuk minum saja, jika untuk mandi dan mencuci bulu-bulu
yang katanya indah, tidak akan cukup. Kamu tunggu di sini ya, jangan pergi
jauh-jauh. Sebentar aku akan segera kembali.” Kata Gagak.
Lalu terbang tinggi untuk mencari. Merak
hanya bisa diam. Di hadapannya ada biji dan buah-buahan segar seperti buah Bidara. Segera ia
memakannya dengan lahap, tidak lama biji dan buah-buahan habis dimakan. Karena
sudah berhari-hari Merak tidak makan.
Oh maafkan aku Gagak, dulu aku sering
menghina dirimu, namun sekarang engkau malah menolong aku dikala aku
benar-benar sedang kesusahan. Aku memang teman yang tidak berguna. Sekali lagi
maafkan aku Gagak. Aku menyesal, ujar Merak dalam hati.
Kemudian, merak pergi meninggal tempat itu.
Ia malu bertemy kembali dengan Gagak. Kesombongan telah berbuah rasa malu yang
sangat dalam. Ia benar-benar telah menyesali perbuatannya.
Diatas tempat Merak berdiri, Nuri hanya
tersenyum. Ia melihat kejadian tadi. Nuri sengaja bersembunyi, ia takut Merak
akan tambah malu jika melihatnya.
Tidak lama, Gagak datang dengan membawa air
yang di simpan dipincukan daun keladi. Ia kaget ketika tidak melihat Merak di
tempatnya.
Yang ia temui malah Nuri sahabatnya. Dia
mengatakan kepada Gagak bahwa Merak telah pergi jauh, ia meminta maaf kepadamu
dan merasa bersalah telah menghinamu,” ujar Nuri sambil tersenyum.
Sejak awal aku telah memaafkan Merak, ujar
Gagak sambil tersenyum. Kemudian Nuri dan Gagak terbang tinggi Mencari Merak
yang mungkin sudah pergi jauh meninggalkan mereka berdua.
Pesan Moral:
Kita tidak boleh menghina seseorang dari
penampilannya,dan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Namun balaslah
kejahatan dengan seribu kebaikan.
Komentar
Posting Komentar